01 September 2008

Ngeseks untuk semangat belajar, katanya

Siska dan Rizal (bukan nama sebenarnya) adalah pasangan kekasih. Mereka berkuliah di jurusan berbeda, namun fakultasnya sama, di sebuah perguruan tinggi di Solo, Jawa Tengah. Konon, belum lama mereka “jadian”. Itu pun bermula dari kecelakaan lalu lintas yang terjadi di sebuah ruas jalan di belakang kampus mereka. Kecelakaan yang membawa “hikmah”, insiden itu justru menyebabkan mereka lengket bagai perangko.

Rizal adalah tipikal remaja yang telah mengenal hubungan seks sejak SMU. Sebaliknya, Siska justru seorang gadis yang punya jati diri, punya integritas moral yang amat bagus, aktivis yang disegani. Cara pandang Siska terhadap seks adalah apabila kelak telah sah menjadi seorang istri, barulah ia persembahkan kegadisannya pada suami yang telah resmi menikahinya. Bahwa Siska menerima uluran tangan Rizal untuk “jadian” merupakan hal yang mengherankan bagi sebagian teman-temannya.

Beberapa sahabat Siska mengingatkan Siska untuk jangan main-main dengan Rizal. Namun, Siska memiliki alasan yang selama ini menjadi alasan klasik para wanita untuk menjawab komplain atau berbagai pertanyaan yang ada hubungannya dengan pacar atau suami yang dipilihnya.

“Saya akan tunjukkan bahwa setelah saya menjadi pacarnya, ia akan berubah. Dengan saya mengendalikannya, ia akan fokus pada belajar, tidak lagi mabuk-mabukan, tak lagi ngedrugs. Lihat saja.”

***

Setelah perjalanan hubungan antara Siska dan Rizal itu berjalan beberapa bulan, Rizal mulai jengkel. Rizal merasa hubungan pacaran yang dijalaninya jalan di tempat, padahal ia ingin ada ngeseksnya.

Pada sebuah saat ketika akan ada ujian mid semesteran, Rizal mengutarakan isi hatinya pada kekasihnya. Ia mula-mula menggunakan bahasa wajah yang terbaca jelas dari raut mukanya. Siska melihat ada mendung di wajah itu.

“Ada apa, Zal?” bertanya Siska.

“Beberapa hari lagi aku menghadapi semesteran.”

“Terus, persiapanmu?”

“Aku membutuhkan suntikan semangat.”

Siska tersenyum. Dari wajahnya ada semangat.

“Maju terus, Zal. Aku yang akan memberimu semangat. Belajar keras, maju terus pantang mundur. Ayo, kamu bisa,” Siska mengepalkan tangannya.

Rizal tersenyum kecut.

“Ada apa sih, Sayang? Kan sudah aku pompa dengan semangat? Kok masih mendung?”

“Aku butuh pelampiasan emosi. Aku butuh berciuman. Selama ini aku hanya sebatas berangan-angan, tetapi hasratku tak pernah kesampaian. Ayolah, Siska, bantu aku!”

Dengan segera, Siska memahami ke mana arah pembicaraan itu.

“Ayolah ke mana?” jawab Siska.

“Aku ingin berciuman.”

Siska menatap lekat. Siska telah banyak melihat dan mendengar. Ia amat paham, berciuman adalah pintu pembuka ke jenjang kegiatan berikutnya.

“Berciumannya di mana?” lanjut Siska.

“Kita pergi ke suatu tempat di mana kita bisa melakukan itu dengan leluasa. Ya?”

“Ke suatu tempat itu ke mana?” Siska lebih menegas. Pandangan matanya masih berlepotan senyum.

“Kita ke...hotel!”

Siska terdiam untuk beberapa saat lamanya sambil memejamkan mata.

Siska yang memejam membuka mata kembali. Dipandanginya sang pacar dengan tatapan mata lekat, agak sayu dan mesra.

“Kalau aku penuhi keinginanmu, kau janji akan belajar lebih keras, akan mendapatkan nilai di atas tiga?”

Mata Rizal seketika gemerlap. Pemuda itu langsung mengangkat dua jari tangannya.

I promise!” jawabnya, “aku tidak akan mengecewakanmu.”

“Apa yang kita lakukan nanti setelah sampai di hotel?”

“Kita tidak melakukan apa-apa, sekadar berpelukan atau hanya berciuman. Itu sudah cukup bagiku. Aku berjanji, aku bisa menjaga diri. Aku tidak akan melakukan lebih dari yang kau minta. Percayalah!”

Siska menggelang.

“Tidak,” jawab gadis itu datar. “Jika memang kau membutuhkan pelampiasan dengan berhubungan seks, tidak apa-apa. Aku akan mewujudkan. Sekarang, kamu pulanglah. Nanti petang kamu datang ke sini lagi. Aku harus mempersiapkan mentalku dulu.”

***

Saat yang dijanjikan tiba. Rizal dibuat terheran-heran oleh penampilan kekasihnya yang berubah menjadi tomboi. Rizal semakin bertambah heran ketika Siska menempatkan diri di kemudi mobil, lengkap dengan sarung tangan dan kaca mata hitam.

“Siap?” bertanya Siska dengan mengumbar senyum.

Rizal tambah terheran-heran. Sepatutnya dialah yang menanyakan kesiapan mental itu.

“Aku siap.”

“Ayo, kita ke hotel yang telah aku pilihkan untukmu. Ada televisi, air mandinya hangat, ada AC dan minibar yang kulkasnya penuh dengan minuman.”

Rizal semakin terbelalak. Sedemikian besar, cinta Siska kepadanya. Sampai kamar yang akan dipakai pun telah disiapkan.

Ketika sampai di hotel, Rizal tambah penasaran. Tanpa ragu, Siska melangkah menuju resepsionis untuk mengambil kunci yang telah dititipkan. Dengan kerling mata genit, Siska mengajak kekasihnya naik ke lantai atas. Siska pula yang membukakan pintu.

Tambah terbelalak Rizal ketika masuk ke dalam kamar yang telah dibooking itu. Rupanya Siska amat memperhatikan hal-hal sampai sekecil-kecilnya. Di dinding ada tulisan hiasan: Ngeseks untuk semangat belajar. Hurufnya memakai font model lucida black letter italic. Latar belakangnya merah darah, sangat menyala. Di atas tempat tidur bertabur mawar dan melati.

“Aku ke kamar mandi dulu. Kamu berbaring sana,” ucap Siska.

Rizal gugup melepas sepatu dan melenting ke atas pembaringan, lengkap dengan jantung yang berpacu kencang. Senyum pemuda itu tambah mereka ketika melihat Siska melengkapi nuansa indah itu dengan buah apel, jeruk dan salak, juga ada minuman yang memabukkan, sejenis wishky. Rizal menyembunyikan tawanya di balik bantal, luapan gembira yang bukan alang kepalang. “Benar-benar luar biasa,” ucap Rizal dalam hati.

Siska keluar dari kamar mandi.

“Bagaimana? Kamu siap tempur?” bertanya Siska.

“Siap,” jawab Rizal.

***

Rizal yang tak sabar mulai menelanjangi diri sendiri. Baju yang dikenakan dilepas dan dilempar ke lantai, disusul celana jeans.

Ketika Rizal mulai memelorotkan celana dalam, Siska membalikkan badan.

“Baiklah, selamat menikmati. Semoga kamu bisa semangat belajar.”

Selesai dengan ucapannya itu, Siska membuka pintu dan keluar dari ruangan itu.

Rizal merasa ada sesuatu yang tak wajar.

Tiba-tiba, dari kamar mandi, keluarlah seorang perempuan lain. Ia berusia dua kali lipat dari usia Rizal. Entah pelacur yang sering mangkal di mana, namun dengan ketelanjangannya, tanpa ragu bahkan dengan amat bernafsu ia langsung menyerbu Rizal. Seketika, Rizal dibuat kalang kabut.

“Hei,” teriak Rizal, “kamu siapa?”

Pelacur itu hanya tersenyum.

***

Dua jam setelah itu, dengan wajah merah padam Rizal menemui Siska. Kemarahan yang tertahan tampak jelas di raut mukanya.

Melihat Rizal datang dengan membawa lepotan kemarahannya, Siska hanya tertawa.

“Bagaimana? Tak ada alasan lagi untuk tidak bisa konsentrasi belajar, kan? Nafsu kan sudah dilampiaskan?”

Sebenarnya Rizal ingin mengeluarkan segala macam sumpah serapah atas nama angan-angan yang tidak kesampaian, juga atas nama sejumlah uang yang harus ia bayar untuk membayar akomodasi hotel dan layanan pelacur yang sama sekali tidak disentuhnya. Akan tetapi, Rizal mengalami kesulitan mengeluarkan isi hatinya. Mulutnya hanya bergetar-getar berlatar wajah yang merah padam.

Siska tertawa setengah geli, namun sejatinya Siska merasa ulu hatinya nyeri. Di sebuah sisi, ia merasa telah memberikan ruang di hatinya untuk pemuda itu. Namun sayang, sama sekali tak ada perubahan sebagaimana keinginannya.

“Pulanglah! Hubungan kita cukup sampai di sini saja.” Siska berbicara tegas.

Rizal terhenyak.

“Pulang, dan tidak usah menemui aku lagi!” Siska akhirnya memamerkan wajah merah padam pula, sukses meletupkan kemarahan dengan setengah berteriak.

Hubungan Rizal dan Siska langsung rusak. Dengan mental Rizal yang tak berubah, Siska pilih memutuskan hubungan itu.

======
Kisah di atas merupakan kutipan selektif dengan beberapa penyuntingan seperlunya, dari buku karya Langit Kaha Wong@teleng, Melibas Sekat Pembatas (Yogyakarta: Tinta, 2004) hlm. 250-262.


Infogue.com

3 komentar:

Togelpelangi 18 Maret, 2018 11:06  

AYO SEMUA BERMAIN DI TOGEL PELANGI JANGAN LEWATKAN PROMO MENARIK DARI KAMI

HUBUNGI KONTAK KAMI :
BBM : D8E23B5C
WHAT APPS : +85581569708
LINE : togelpelangi
WE CHAT : togelpelangi
LIVE CHAT 24 JAM : WWW-ANGKAPELANGI-NET

SALAM JACKPOT DARI KAMI :)

cerita « WordPress.com

Koran Republika :: Dialog Jumat

BBCIndonesia.com - Laporan Mendalam

Home | About Me | Contact

Copyright © 2008 - M Shodiq Mustika

Header Image credit: adapted from Memoirs of a Geisha Wallpapers

  © 2009 True Story template by M Shodiq Mustika

Back to TOP